Taking in The Good

Bukan pekerjaan mudah selalu mengingat kebaikan orang lain. Detik ini kita dibantu teman, bisa jadi 1 jam berlalu, kita sudah melupakan. Giliran kita dikecewakan 1 kali saja, duh ingatnya berbulan-bulan. 100 kebaikan pada diri seseorang, tertutupi 1 kesalahan yang dilakukan. Sungguh tidak adil dan pasti menyakitkan diri sendiri.
Mulai saat ini, yuk belajar mengunci kebaikan orang lain. Lupakan “kesalahannya”, ingat jasanya. Bukankah Anda juga tidak ingin diingat kejelekannya? Bukankah anda juga ingin disebut-sebut kebaikannya? Itulah fitrah.
Hidup kita 24 jam terakhir pasti ada duka dan suka. Ada pengalaman pahit dan senang. Ada sedih dan gembira. Jujur saja, yang paling diingat dan mengesan dihati, pengalaman senang atau duka? Anda fokus kesempitan atau kelapangan?
Kalau Anda hanya mengenang kekecewaan dan mengabadikan kesedihan dalam hati, maka begitulah yang akan terjadi pada nasib Anda, minimal 24 jam ke depan. Bagaimana resepnya? Berbaik sangka dan menerima yang terjadi dengan rasa syukur dan ikhlas, adalah cara terbaik memutus mata rantainya.
Bagaimana belajar “menguncinya”?
Semisal teman anda hari ini melakukan tindakan “salah” terhadap diri Anda sebanyak 7 kali, tapi dia menggembirakan anda 1 kali, maka kuncilah 1 itu. Jangan ingat yang 7. Caranya, tulislah narasi 1 kebaikan itu di atas kertas atau HP atau laptop, lukiskan kebahagiaan anda tersebut. Bayangkan dia adalah teman anda di dunia dan akhirat, dialah teman anda yang kelak akan banyak berjasa kepada anda. Dialah teman terbaik yang pernah anda miliki. Kesalahannya hanyalah kehilafan seperti anda juga pernah khilaf beberapa kali. Lakukan ini dalam tempat sepi. Terus lakukan sampai kekecewaan anda kepada teman tersebut hilang. Anda akan mencintai teman anda, seperti anda memperlakukan diri sendiri.
Sebuah contoh lagi, anak anda hari ini melakukan banyak hal yang menjengkelkan, namun masih menyisahkan beberapa kebaikan, semisal masih sholat, masih mau makan, masih mau mandi. Bagaimana sikap orang tua? Bayangkan kebaikan anak, buang dari memori kesalahan-kesalahannya. Tulislah pengalaman terbaik anda kepada anak itu. “Ya Robb, dia anakku, darah dagingku. Dia yang akan mengantar aku ke surga, dia yang akan merawat aku di saat tua, dia yang akan menersukan perjuanganku, dia sholeh ya Robb, anakku luar biasa, ya robb,”. Terus hujamkan itu dalam alam bawah sadar. Lakukan setiap hari, ketika anda dikecewakan anak. Anak anda adalah cerminan anda dimasa lalu.
Tidak ada kamus “hitam” dalam pikiran dan jiwa kita. Yang ada adalah baik, baik, baik…
Apa dampaknya? Anda akan lebih tenang, lebih rileks, santai dan damai dengan diri dan orang lain.
Bersiaplah menerima rizqi Allah! InsaAllah.
Ditulis oleh: Kang Ud