Rasa-Rasan Ternyata Dibolehkan

Qolbu.Id — Rasan-rasan tidak selalu bermakna negatif. Bila dalam rangka mewujudkan fastabiqul khoirot, maka itu boleh saja.
Demikian uraian ustadz Khubby Mulyono, Lc., ketika menyampaikan pengajian rutin Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Modo, Sabtu (25 Juni 2022).
Pengajian yang dilaksanakan di ruang utama masjid Al-Iman Muhammadiyah Modo ini dihadiri tidak kurang dari 500 jamaah. Bahkan sampai meluber diteras masjid dan sebagian juga di depan aula SMK Muhammadiyah 6 Modo.
“Semisal, kita menyebut nama seseorang yang pantas ditiru semangatnya dan ghirohnya, maka tidak apa-apa,” katanya dengan senyum. Lalu Khubby mengkisahkan tentang pernyataan Umar bin Khattab di depan para sahabat, bahwa dia akan bersedekah melebihi Abu bakar As-Shiddik.
Lomba Bersedekah
Beginilah kisahnya, seperti yang disampaikan oleh ustadz Khubby.
Umar bin Khattab RA berkata, “Suatu ketika, Rasulullah SAW menyuruh kami agar berinfak di jalan Allah. Kebetulan ketika itu ada sedikit harta pada saya, maka saya berkata di dalam hati, ‘Saat ini aku memiliki harta. Jika suatu saat aku dapat melebih Abu Bakar, maka inilah saatnya.’ Aku pun pulang ke rumah dengan gembira. Lalu saya membagi dua seluruh harta yang ada di rumah. Setengahnya untuk keluarga dan setengahnya lagi saya serahkan kepada Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW berkata, “Wahai Umar, adakah yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?” Saya menjawab, “Ada ya Rasulullah.“
Nabi bertanya lagi, “Apa yang kamu tinggalkan?” Saya menjawab, “Saya tinggalkan untuk mereka setengah dari harta saya.”
Kemudian, datanglah Abu Bakar RA, dengan membawa seluruh hartanya. Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Wahai Abu Bakar, apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “Saya tinggalkan untuk mereka Allah dan Rasul-Nya.”
Melihat hal ini, Umar berkata, “Saya tidak akan pernah dapat mengalahkan Abu Bakar.”
Jamaah mendengarkan kisah ini dengan seksama dan serius. Ustadz Khubby berpesan agar berlomba dalam kebaikan dinyalakan, agar kebaikan terus dinamis. “Jangan menunggu orang lain bergerak, tapi kita harus bergerak lebih dahulu,” tandas alumni Pondok Pesantren Karangasem Paciran, 2004 ini.
Sebaliknya, kata Khubby kita tidak boleh rasan-rasan karena sikap iri. “Contoh, tetangga beli sepeda lalu dirasani, tetangga beli TV dirasani, dan sebagainya,” seloroh lulusan S1 Al-Azhar Mesir, 2005 ini.
Jangan Remehkan Amalan Kecil
Khubby juga berpesan kepada jamaah yang hadir agar tidak meremehkan amalan-amalan kecil. “Banyak sekali amalan sederhana di Muhammadiyah yang bisa dilakukan, semisal menyapu, menyiapkan tempat pengajian, menata mimbar, dan sebagainya,” tandas dosen Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA) ini.
Khubby juga menyinggung tentang arisan beramal yang sudah berjalan di Muhammadiyah Modo. “Perbuatan kecil, berbentuk arisan jika diniatkan perjuangan dan istiqomah, maka itu menjadi besar,” tegas Khubby.
Pengasuh Rumah Tahfidz Al-Qur’an Nurul Huda Glagah ini juga memberikan semangat kepada anggota, bahwa bentuk kontribusi bisa bermacam-macam, semisal berupa ide, tenaga dan waktu.
Beberapa hadits yang dikutip oleh Ustadz Khubby, yaitu:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ إِنْ لَوْ تَدُومُونَ عَلَى مَا تَكُونُونَ عِنْدِى وَفِى الذِّكْرِ لَصَافَحَتْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ عَلَى فُرُشِكُمْ وَفِى طُرُقِكُمْ وَلَكِنْ يَا حَنْظَلَةُ سَاعَةً وَسَاعَةً ». ثَلاَثَ مَرَّاتٍ “
Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau kontinyu dalam beramal, sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Hanzhalah, lakukanlah amalan sedikit demi sedikit. Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim)
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ ”
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. (HR. Muslim).
وَلِكُلِّ عَمِلٍ شِرَّةٌ ، وَلِكُلِّ شِرَّةٍ فَتْرَةٌ ، فَمَنْ يَكُنْ فَتْرَتُهُ إِلَى السُّنَّةِ ، فَقَدِ اهْتَدَى ، وَمَنْ يَكُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ ، فَقَدْ ضَلَّ ”
Setiap amal itu pasti ada masa semangatnya. Dan setiap masa semangat itu pasti ada masa futur (malasnya). Barangsiapa yang kemalasannya masih dalam sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam, maka dia berada dalam petunjuk. Namun barangsiapa yang keluar dari petunjuk tersebut, sungguh dia telah menyimpang.” (HR. Thabrani).
Penulis: Kang Ud
Editor: Siti Zulaikhah