Mbah Sutekno, Pengabdian sampai Akhir Hayat

Qolbu.Id– Mbah Tek, begitu masyarakat memanggilnya. Pria kelahiran tahun 1945 dikenal sangat energik dan selalu menyebar senyum, kepada orang ditemuinya. Begitu juga dalam keluarga, Mbah Tek sosok ayah yang penyayang dan penuh tanggungjawab.
“Kasih sayangnya bukan hanya untuk keluarga tapi untuk orang yang berada di sekitarnya di manapun beliau berada”, tutur Nurhayatin anak kedua dari Bapak Sutekno dan Ibu Darmani.
Nurhayati, memberikan kesaksian bahwa ayahandanya hampir tidak pernah marah. “Kepada ibu juga sangat sabar kalau ibu marah-marah kecapean, bapak tidak pernah membalas marah, jika ingin menghibur ibu pasti diajak pergi ke kebun, walau malam sekalipun,” kenang Nurhayatin.
Kepada anak-anaknya, almarhum sangat perhatian, termasuk yang rasakan oleh Nurhayatin yang memang secara fisik “berbeda”. “Banyak pengalaman yang berkesan karena Bapak selalu ada buat saya, anaknya yang cacat karena ibu jarang menemani saya saat masih di SMP Muhammadiyah 10 Modo. Badanku selalu panas karena capek jalan kaki dari rumah ke sekolah. Bapak yang merawatku saat di pondok Karangasem Muhammadiyah Paciran. Bapak juga sering menjenguk saya beliau pernah menangis saat berkunjung di pondok,” urainya kepada Qolbu.Id.
Yang juga tidak bisa dilupakan oleh Nurhayatin, kenangan waktu kecil. “Saya waktu kecil sangat rewel tapi belum pernah bapak membentak ataupun memarahi saya sampai dewasa. Beliau mempunyai cara sendiri untuk menasehati anaknya,” kenangnya sambil menyertakan emosion menangis via chat whatsapp.
Pengabidan Kepada Muhammadiyah
Walaupun Mbah Tek tidak pernah mengenyam pendidikan sarjana, namun dedikasinya kepada Muhammadiyah, khususnya di Ranting Medalem yang besar. “Beliau sosok pejuang yang tidak pernah menyerah dan tidak kenal lelah. Selalu punya cita-cita membesarkan dakwah Muhammadiyah dan membesarkan Amal Usaha Muhammadiyah di Medalem,” ungkap Tasir yang juga anggota Pimpinan Cabang Muhammadiyah Modo.
Di masyarakat, mbah Tek dikenal supel dan luwes. “Pergaulannya memasyarakat, sederhana dan ketokohannya sejak muda sudah kelihatan dan nampak sosok yang punya segudang ide-ide kreatif dalam pengembangan diberbagai bidang baik segi pembangunan kemasyarakatan desa, pendidikan, kemasjidan dan bidang sosial lainnya,” urai murid Sutekno, tahun 1972 ini.
Peran di Pemerintah Desa
Cerita yang disampaikan Tasir, pada waktu dulu masyarakat Dusun Ganggang Desa Medalem Kecamatan Modo, kesulitan air bersih dan sumber tidak ada. Sejak ada listrik tahun 1994 gagasan muncul untuk membuat sumur di tepi sungai kemudian menggunakan pompa air sanyo dibawa ke rumah warga dengan saluran pipa paralon
Menurut penuturan Tasir, Beliau aktif disetiap periodesasi Kepala Desa (kades) yang mungkin hampir setiap ada pergantian kades, jabatan yang melekat adalah spesifikasinya di Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), yang sekarang menjadi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). “Yang saya tahu persis mendampingi beliau sebagai ketua dan saya sekretaris ini di era tahun 1990-1999, dibidang pertanian, peternakan, semisal paguyuban petani tebu, peternak sapi, kelompok tani dan lain-lain,” tambah mantan anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lamongan ini.
Peran di Kemasjidan
“Sebagai ketua takmir masjid al-Ikhlas Medalem, sejak saya kecil sudah menjadi takmir, peran mbah Tek cukup signifikan menggerakkan kemakmuran masjid, kegiatan peringatan hari besar Islam, majelis taklim, kegiatan sosial, peduli dhuafa/jamaah. Yang juga punya kepiawaian merancang kubah masjid diera tahun 1980-an itu beliau,” ungkap Tasir
Tasir juga menceritakan bahwa Mbah Tek juga yang menggerakan dan mendukung kegiatan rutin masjid, seperti pengajian Jumat Wage, kultum Maghrib, kuliah shubuh dan sebagainya.
Peran Mbah Tek Terhadap Kemajuan Sekolah
Dalam dokumentasi organisasi, Ranting Muhammadiyah Medalem mengelola Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Medalem yang berdiri tahun 1 Mei 1960. Kemajuannya salah satunya tidak lepas dari peran mbah Tek. “Pak Sutekno pada akhir hidupnya telah merancang gapura menuju sekolahan dan punya rencana merenovasi gedung TPQ dan masjid, sehingga kader-kadernya merasa harus mewujudkan hal tersebut karena sebelum semua itu terwujud mbah Tek sudah di panggil oleh Allah. Dan semua Amanah beliau sekarang sudah bisa diwujudkan oleh para kadernya,” kenang Muhanin, yang juga tokoh Muhammadiyah Medalem.
Muhanin memiliki kesan sendiri terhadap sosok mbah Tek. “Mbah Tek berwibawa. Mampu menggerakan jamaah jamaah di Medalem begitu kompak sekali. Semua kegiatan para jamaahnya begitu tunduk dan taat pada perintahnya. Inilah yang sulit kita contoh. Kekompakan jamaah begitu antusias, sulit bagi kami untuk melakukanya,” tutur Muhanin kepada Qolbu.id via chat whatsapp.
Lilik Hartini, aktifis LKSA Muhammadiyah Cabang Modo juga merasa terkesan atas kepribadian mbah Tek. “Beliau sossok tegas namun santun. Murah senyum dan besar empatinya,” terangnya.
Mbah Tek meninggal dunia, pada tanggal 6 Agustus 2007. Tiga anaknya Umihanik, Nurhayatin dan M. Anshori sebagai pelanjut kebaikan almarhum. Semoga segala amal kebaikannya sebagai wasilah menuju surga. InsaAllah.
Penulis Mohamad Su’ud