Masihkah Belum menerima Kenyataan?

“Ustadz, saya masih belum ikhlas. Uang Saya 10 juta dipinjam teman belum dikembalikan. Saya hubungi berkali-kali tidak aktif,” kata salah satu teman kepada saya via telpon. Istrinya pernah marah-marah dihadapan suami, menuduh suami katanya gampang sekali percaya kepada teman.
Ada lagi sahabat yang menceritakan kesedihannya karena uang hasil tabungan setahun lenyap dicuri orang lain.
Puluhan orang yang pernah saya jumpai bercerita tentang kekecewaan, dendam, kedengkian, dilatarbelakangi hal yang berbeda-beda.
Salah satu faktor kekecewaan dan kekesalan adalah menganggap semua hal yang diinginkan harus tercapai dan setiap yang dimiliki tidak boleh hilang.
Sikap egois inilah yang menjadikan jiwa terpenjara. Dunia seakan miliknya. Sering dilupakan bahwa Allah yang berhak mengatur segalanya sesuai kehendak-Nya.
Sikap “mendekte” menambah beban batin dan luka jiwa.
Masa lalu tidak akan kembali. Peristiwa yang sudah terjadi tidak bisa direplay. Tugas kita adalah menerima kenyataan bahwa kita sekarang di kondisi yang berbeda.
Masa depan adalah harapan. Apakah kita rela mengorbankan hari esok dengan kesedian yang tidak berujung? Apakah kita ingin menggantikan kegembiraan dengan duka? Pikirkan kembali.
Beristighfar sebanyak-banyaknya.
Ikhlaskan yang sudah terjadi. Biarkan menjadi amal Sholeh yang tersimpan. Tata kehidupan esok agar lebih smart. Tebarkan senyum. Siapkan diri menghadapi era baru, yang benar-benar baru. Energi berlipat.
InsaAllah.
Ngimbang, 11 Ramadhan 1444 H / 2 April 2023 M