Ilusi Positif

Seorang kawan akhwat masuk ke dalam ruang meeting. Wajahnya tidak seperti biasa. Kali ini raut mukanya cemberut, lesu dan masih meninggalkan bekas marah.

Ohh, ternyata dia tersinggung karena di “ejek” kawannya gemuk dan hitam. Saya kurang paham apa maksud kawan tadi berbicara seperti itu, sekedar guyonan, lucu-lucuan atau apa. Spontan, saya menetralkan hati-nya, “Jenengan (anda) itu cantik dan seksi, lhoo,”. Saya tidak menduga, respon akhwat itu senang bukan main. Wajahnya mulai berangsur normal. Saya sedang melakukan “ilusi positif”. Ledekan teman itu tidak sepenuhnya benar dan respon saya tidak sepenuhnya salah, tapi saya harus mengatakan itu sebagai jawaban atas subyektivitas seseorang. Andaikan dia benar-benar gemuk dan hitam, saya akan tetap mengatakan hal yang sama. Niat saya semata-mata penghargaan atas anugerah Allah dan untuk menghormati sebagai hamba Allah SWT.

“Sambalnya asin ya Kang?,” kata istri suatu hari. Saya langsung merespon cepat, “nggak, sambalnya enak kok. Cocok dengan ikannya,”. Padahal, faktanya, sambal itu benar-benar asin. Tapi, saya berusaha menyembunyikan, hanya ingin agar jerih payah istri masak berjam-jam tidak ternodai gara-gara sambal. Istri tersenyum gembira. Saya juga ikut senang. Istri pun tidak ingat lagi tentang sambal asin😁.

Dalam kehidupan sehari-hari saya sering menjumpai banyak orang “jujur” bahkan “sejujur-jujurnya”. Sudah tahu pesek dibilang pesek. Orang pendek masih diledek pendek. Orang hitam diolok-olok hitam. Hanya sekedar memberikan apresiasi, apakah tidak bisa? Bukankah kita tidak tahu apakah orang yang kita buat “candaan” itu tersinggung atau tidak? Betul kata Rosullah, bila tidak bisa berkata baik, lebih baik diam.

Ilusi positif itu sebuah energi. Tidak mengapa anda mengatakan tidak sesuai fakta, dalam rangka untuk motivasi, penghargaan, empati, menghibur dan sebagai spirit bagi orang lain, asal tidak dalam rangka perbuatan dosa.

Sebuah contoh:
Ilusi positif: “Kamu pinter nak, kamu juara, kamu anak mama yang cerdas,”.
Faktanya: Prestasi anak urutan paling bawah, IQ di bawah rata-rata, ngantukan dan super malas belajar.

Ilusi positif mampu menumbuhkan kepercayaan diri. Jangan diabaikan.

Praktekkan ini dalam kehidupan sehari-hari. Bila menemukan hal-hal yang janggal dan tidak lazim, maka lakukan ilusi positif.

Memberikan ilusi positif kepada orang lain, berarti memberi ilusi positif kepada diri sendiri. Kabar baiknya, akan membuang dan menggeser energi negatif dalam diri.

Inilah yang menyebabkan rizqi Allah akan datang. InsaAllah.

Ditulis oleh Kang Ud

4 Comments

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *